Jumat, 16 November 2018

Kamera Apa Yang Cocok Buat Pemula ?

Kamera apa yang cocok buat pemula ? Pertanyaan yang mungkin sudah sering didengar oleh orang yang berkecimpung di dunia seni melukis dengan cahaya alias tukang foto alias fotografi. Entah apapun motif dibalik pertanyaan itu, yang jelas pertanyaan itu selalu saja muncul meski sudah banyak orang mengulas dalam berbagai diskusi.
Saya bukanlah expert dalam dunia fotografi. Disini saya mencoba berbagi pengalaman saya saat awal mengenal dunia fotografi. Dan bagaimana saya memutuskan untuk memilih salah satu kamera yang menurut saya pada waktu itu paling pas buat saya.

Melihat dan banyak mendengar, berhenti bicara.

Banyak melihat dan mendengar adalah pilah langkah awal saya memasuki dunia fotografi. Banyaklah melihat referensi foto-foto dari manapun dan dari jenis apapun, baik melalui internet atau pameran foto. Dengan banyak melihat koleksi foto, mata dan memori otak saya banyak merekam foto-foto dari berbagai tema dan jenis. Hal ini memperkaya persfektif saya dalam melihat foto.
Banyak mendengar. Waktu itu saya banyak mendaftar di komunitas fotogfrafi online sebagai member, meskipun waktu itu saya belum memiliki kamera sekelas fotografer. Setidaknya ada empat komunitas yang saya masuki. Di dalamnya saya benyak membaca artikel dan tulisan-tulisan diskusi seputar fotografi. Melalui ini saya banyak belajar terkait teori fotografi mulai dari three rules (ISO, speed, diafragma), komposisi foto, hingga lighting.
Berhenti bicara. Sebagai pemula yang baru masuk dunia fotografi saya sadar diri, dalam komunitas tak perlu banyak komentar, mengulang pertanyaan yang sudah banyak dibahas dalam forum diskusi, apalagi mengkritisi. Belajar itu butuh proses, jangan merasa jika sudah memiliki DSLR maka bisa mebandingkan diri sendiri dengan fotografer yang lain.

Tentukan pilihanmu.

Dari bekal informasi yang saya dapat dari berbagai forum diskusi maka saya menentukan pilihan kamera tipe apa yang harus saya miliki di awal memasuki dunia fotografi. Yah, pilihan saya jatuh pada kamera SLR analog.
WHY ? Saya kagum dengan para fotografer yang saat dia masuk dunia fotografi era digital belum sebesar saat ini. Bagaimana ketajaman insting mereka terhadap cahaya, terhadap moment, serta keterampilan mereka mengolah three rules. Apa yang mereka capture tidak bisa langsung dilihat untuk dikoreksi. Butuh proses yang cukup panjang dan keahlian yang terampil dalam menjadikan negatif film menjadi foto cetak yang dapat dilihat. Tidak seperti era digital saat ini. Gambar diambil lalu langsung bisa dilihat pada display kamera untuk dikoreksi, jka tidak sesuai maka langsung delete dan gambar diambil lagi. Paling-paling hanya ketinggalan moment saja.
Bayangkan jika menggunakan kamera analog. Tidak tepat melakukan setup kamera, bukan saja ketinggalan moment, kondisi pemotretan bisa berubah dan tak lagi sama karena hasil foto tidak dapat langsung dikoreksi.
Saya beruntung masih bisa merasakan dunia kamera analog. Meskipun harus berjuang lebih mendapatkan kameranya dan bahkan rol filmnya. Karena dunia digital sudah mulai melakukan ekspansinya dengan iming-iming kemudahannya dalam beroperasional. Setelah hampir 2 tahun saya banyak melakukan trial and error dengan kamera analog, saya memustuskan untuk masuk ke era digital dengan membeli DSLR.

Terus belajar, fotografi itu tidak hanya memotret model cantik.

Berkumpul dengan komunitas adalah cara paling mudah dan murah untuk belajar. Disamping bisa mendapat ilmu dari pengalaman orang dengan gratis, fee buat model pun bisa ditekan seminimal mungkin karena ditanggung bareng-bareng.
Fotografi itu tidak hanya motret model cantik. Model seorang nenek tua penjual sayur di pasar pun bisa menjadikan foto kita bernilai tinggi. Bahkan national geographic pun membayar mahal para fotografer kontributornya untuk memotret dunia satwa liar.

Fotografi adalah kegiatan yang sangat mahal jika kalian melihatnya hanya dari sudut pandang kamera DSLR. Tetapi fotografi adalah kegiatan yang menyenagkan dan sangat murah jika kalian melihat dari sudut pandang seni yang tak mengenal keterbatasan selain norma-norma.


Wa'alaikum salam.
Rendi Motret

Tidak ada komentar:

Posting Komentar